Desember 30, 2011

Meringkas 2011

Wow. 30 Desember 2011. Time flies, doesn't it? Gak juga sih. Ternyata tahun ini gak semudah yang gue bayangkan. Penuh lika-liku, man! Tapi banyak juga seru-serunya. Makanya kadang waktu berasa cepet tapi kadang lambaaaaat banget... Yup, bisa ditebak dari judulnya, tulisan kali ini adalah tentang ringkasan 2011 gue. Supaya tulisan ini lebih berdasar, maka gue akan mengacu pada tulisan pertama gue di tahun 2011 ini. Lengkapnya bisa dibaca di sini. :D

Jadi, di tulisan itu gue bilang gue memberi judul tahun 2011 ini: "The Gaining Year". Alasannya adalah karena tahun 2011 ini adalah tahun pertama gue sebagai seseorang yang berpenghasilan, dan gue juga ingin gain weight di tahun ini. Di tulisan tersebut gue juga mempertanyakan about gaining love, lalu menertawakannya. HAHAHA. Yak, seperti gue menertawakannya sekarang.

Oke. Jadi gue bahas 4 hal aja untuk meringkas 2011 gue: gaining income, gaining weight, gaining love, dan ringkasan lainnya. Haha naon "lainnya". Gak jelas. Bodolah, blog..blog gua. X)



Gaining Income
WHEW!! That's probably the best word to open the paragraph. Capek banget, broh, bekerja! Tadinya gue pikir bekerja akan menguras fisik setengah mati. Tapi ternyata yang terkuras habis adalah mental! (Harap dicatat "mental" di sini adalah yang dimaksud dengan kejiwaan, bukan "mental" as in "tembakannya mental" #nembaksiapadooo #eaaa #apacobapakehashtag #okelanjut) Jadi, jika teman-teman dalam waktu dekat akan menjadi seorang pekerja, apapun pekerjaannya, siapkanlah mental melebihi fisik! Fisik penting sih, tapi mental penting parah ternyata. Lebih penting dari Arumi Baschin yang sering ilang dari rumahnya.
Jadi orang yang punya penghasilan itu susah-susah gampang. Susah dapetinnya, gampang ngehabisinnya. HAHAHAHA! Gak deng. Maksud gue, kalo punya penghasilan itu seolah-olah tanggung jawab lo lebih besar aja gitu. Gini deh.. Dulu sebelum bekerja kan masih dikasih duit jajan sama orang tua, pas udah kerja biasanya kebanyakan orang tua akan memberhentikan uang jajan kita, karena kita udah berpenghasilan sendiri. Sebenernya sama-sama "duit untuk jajan" sih, tapi feelnya tuh beda. *halah* *kebanyakan gaya* Haha, beneran. Lo akan mempunyai sense of belonging yang lebih saat lo tau duit jajan lo bukan dari orang tua lagi, melainkan dari hasil kerja keras lo sendiri. Biasanya lo akan jadi lebih bijaksana dan hati-hati dalam mengggunakan uang lo. Tapi misalnya pun duit lo abis karena lo foya-foya, rasa nyeselnya tuh kayak berkali-kali lipat gitu loh. Haha.
Gue bersyukur gue sempet ngekos di Bandung waktu kuliah yang membuat gue mau gak mau belajar mengatur uang. Sangat membantu.
Kalau gak salah Oprah pernah bilang bahwa seseorang akan kelihatan aslinya saat dia memilki $ 1,000,000.  Kenapa? Karena dengan uang sebanyak itu, we can probably do most things we always WANT to do in our life. Gue kasih contoh. Misalnya ada 2 orang miskin, A dan B. Mereka berdua sama-sama baik hati, taat beragama, dan ramah. Suatu saat mereka berdua entah bagaimana menjadi artis terkenal mendadak (SintaJojoBriptuNorman gitu mungkin ya konsepnya?) dan berpenghasilan milyaran rupiah. Si A tetap menjadi orang yang baik hati, taat, dan ramah. Penghasilan dia selalu dia sisihkan untuk membantu saudara-saudaranya yang masih miskin. Dia membeli rumah besar, punya segalanya, tapi tetap setia dengan istri dan anak-anaknya. Tapi B jadi suka main perempuan, judi, congkak (oemji bahasa gue) dan kasar. Kurang lebih gitulah. I hope you get what I mean. Money doesn't change people, it brings out the real person inside. Gue harap gue A. Dan gue harap temen-temen deket gue juga A. :)

Gaining Weight
SUKSES. 5 kg setahun! Prestasi besar buat gue yang susah naik berat badan ini. Yah, walau agak gak sesuai ekspektasi awal gue sih. -___-" Jadi ekspektasi awal gue adalah berat badan naik merata, terutama bagian tangan, karena tangan gue kecil sekali. :| Dan kenyataannya adalah sekitar 80% kenaikan berat badan gue menumpuk di perut! 10% di pipi, 4% di paha, 3.5% di dada, dan 2.5% di tangan. Itulah yang membuat gue enggan berenang selama tahun 2011 ini. Ironis sekali.  Tapi tak apalah. Bersyukur udah bisa naik. Anggap aja modal buat dibentuk taun depan. ASEKK. Hahaha. Amin aja dulu.

Gaining Love
Okey! Sekian tentang topik ini. HAHA. Lah emang gak ada yang mau dibahas.
Agh, baiklah, bahas dikit deh. Gue akan bahas kenapa "gaining" yang ini gak jadi. Ada dua alasan. Satu, emang guenya less effort banget sih anaknya untuk masalah yang satu ini. Dua, gue gak gampang suka sama orang karena menurut hasil tes Need Theory dari seorang psikolog bernama David McClelland (gokil berat abis bahasan gue), need for affiliation gue sangat tinggi. Artinya gue sangat suka berteman. Mungkin saking sukanya berteman, gue agak sedikit mengesampingkan si topik "gaining" yang satu ini. Entah itu bisa dijadikan alasan atau nggak tapi kayaknya sih begitu. Ada sih satu lagi alasannya. Tapi mure amat gue kalo gue umbar-umbar di sini. Hahaha. Yang emang tertarik untuk tau, tanya aja guenya langsung. *geer amat*

Ringkasan Lainnya
Tahun ini seru juga sih sebenernya. Banyak pengalaman baru yang gak akan terlupakan yang gue gak pernah rasain di tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, gue tahun ini pertama kalinya nonton konser sendirian (panjang ceritanya kenapa gue akhirnya nonton sendirian). Waktu itu Bekasi Jazz Festival, di Bekasi Square. Deket rumah sih, jadi agak santai. Oh gue juga beli CD MYMP yang waktu itu baru dijual di venue konsernya itu. Kebetulan si MYMPnya juga jadi salah satu pengisi acaranya, jadi dapat bonus meet and greet dan ditandatanganin juga deh CDnya. :D Terus tahun ini gue juga pertama kalinya masuk ke Gelora Bung Karno. Waktu itu konser A Thousand Suns-nya Linkin Park. Beuh! Seru abis konser di GBK! Terus gue juga nonton bola live di tempat untuk pertama kalinya! Dan di GBK juga! waktu itu Sea Games sepakbola saat Indonesia lawan Malaysia, tapi bukan yang final. Itu seru abis. Gue juga pertama kali nonton live Agnes Monica (akhirnya!) di tahun 2011 ini. Waktu itu cuma konser kecil sih, konser amal gitu, tapi itu keren parah. Gilak deh doi ini kalo ditonton live lebih berasa kelas dunianya. Semoga kalo sempet gue bikin postingan khusus untuk perhelatan-perhelatan yang gue datengin di tahun 2011 ini. Nyahaha, apa coba perhelatan.
Gue juga nyempetin ikut AIRBORN. Itu kayak kelas kepenyiaran dan public speaking yang oleh Pandji Pragiwaksono. Cuma 1 hari sih, dan cuma 6 orang pesertanya. Tapi kena banget! Kalo kelas ini dibuka lagi, dan lo tertarik sama dunia kepenyiaran dan presenting, gue teramat sangat merekomendasikan kelas ini, mungkin agak sedikit mahal, tapi sangat worth it.



Intinya seseru atau sesusah apapun 2011, sesering apapun Syahrini muncul di TV dengan atau tanpa Anang, berjambul atau tidak, semuda atau setua apapun Nikita Willy terlihat, gue harus tetap syukuri. :) Walau agak disayangkan memang berita SNSD konser di Indonesia tahun 2011 adalah hoax belaka, dan Agnes Monica masih dalam proses merilis international debut album dia. Gakpapa, semoga 2012 beneran kejadian, amin.

Apa lagi ya? Ini juga udah panjang sih. Nanti kalau ada yang perlu gue tambahinm gue update deh. Oke, saatnya gue tidur karena ini udah jam 2 pagi. Takut ada yang marah gue begadang. #siapadooooooo #yakaleee #nyokapmaksudnya #bokapjuga #bacalagiparagrafgaininglove #kenapaharuspakehashtag #kenapaaa #kebanyakantwitter #bodolah #blogbloggua #dadah #terimakasihsudahmembaca






rtd.

November 03, 2011

Menyikapi Bangsa

Harus banget ini gue minta maaf lagi karena blognya karatan. Haha. Maaf ya buat yang sering baca blog gue, walau gak banyak, tapi tulus banget gue minta maaf. Hehe. Nah alasan sebenernya kenapa tulisan ini gue buat adalah karena gue capek. Gue capek sama semua pemberitaan negatif tentang negara kita, Indonesia. Well, at least negara gue, karena menurut survey yang baru-baru ini dilakukan Developing Country Study Center (DCSC) Indonesia, masih ada sekitar 6% orang Indonesia yang gak bangga dengan negaranya. Tapi tenang yang bangga ternyata 83%, dan sisa 11%nya gak yakin alias labil. Hahaha. Itung-itung dikit yok. Jumlah penduduk Indonesia sampe tahun 2010 kemarin adalah sekitar 237 juta orang. Katakanlah tahun ini berarti ada 240 juta orang hidup di bumi Indonesia ini (azek bahasanya, haha). Berarti ada 199.200.000 orang Indonesia yang (masih) bangga sama negaranya, 26.400.000 labil (kayak anak SMP diputusin pacar), dan 14.400 orang gak bangga. Lo termasuk yang mana? Kalo gue termasuk yang kayak anak SMP diputusin pacar. #eaaa #diputusinsiapa #pacarajagakada #kenapaharuspakehashtag #blogbloggua #hahaha. Gak deng, gue bangga banget kok sama Indonesia. :)

Suka nonton berita di TV gak? Pernah denger topik berita yang bagus tentang negara ini? Oke kalo pernah. Seringan mana sama yang gak bagus? Gue yakin seringan yang gak bagus. Kerusuhanlah, demolah, korupsilah. Standarlah ya berita-berita macam gitu di TV (harusnya sih gak jadi standar). Berita-berita itu emang (mungkin) benar terjadi, tapi setidak ada itukah berita baik tentang negeri ini yang bisa diberitakan di negeri ini? Menurut gue, bangsa ini jelek karena pemberitaannya yang jelek. Gini, misalnya ada sebuah restoran di kota lo tinggal sekarang. Terus lo denger banyak pemberitaan-pemberitaan negatif tentang restoran itu. Uang kembalian gak lengkaplah, makanannya lama datengnyalah, karyawannya bau keteklah, macem-macem deh. Pasti lo gak mau ke situ kan? Dan image restoran itu pasti jelek banget di mata lo. Kenapa? Karena lo lebih sering atau bahkan hanya denger yang jelek-jelek tentang restoran itu. Lo gak tau restoran itu terkenal banget sampai ke luar kota. Di luar kota pemberitaan tentang restoran itu bagus-bagus. Makanannya enak, tempatnya nyaman, karyawannya sopan-sopan. Tapi kenapa pemberitaan tersebut gak ada di kota lo? Ternyata yang bikin pemberitaan-pemberitaan jelek tentang restoran itu adalah restoran-restoran saingannya! Mungkin pemberitaan buruk tersebut gak salah, tapi ya lebay aja. Kayak sebenernya karyawan-karyawannya gak bau ketek banget, cuman emang gak wangi aja. Dapet kan logikanya? Indonesia akan jelek di mata kita kalo kita emang cuma (mau) liat atau denger jelek-jeleknya. Pandangan manusia terhadap sesuatu itu salah satunya terbentuk dari input-input yang masuk ke dia. Kalo input yang masuk jelek semua, maka jeleklah pandangan dia terhadap si sesuatu ini. Kenapa berita baik itu penting? Penting karena itu akan ngaruh sama cara lo menjalani hidup lo di negara ini. Kalo lo mikirnya yang jelek-jelek aja, lo akan jadi orang yang negatif, dan hidup orang negatif itu isinya akan penuh dengan mengeluh dan memaki. And let me tell you something; nothing good will come out of something negative, because what goes around comes back around. Jadi, semakin lo jelek-jelekin Indonesia, semakin jeleklah dia, dan jelas itu akan ngaruh sama kehidupan lo.

Sedih sebenernya gue denger berita baik tentang Indonesia tapi negara lain yang beritain. Aneh banget. Sebenernya mereka gak banyak atau mungkin gak ada untungnya memberitakan tentang kehebatan Indonesia. Paling ending-endingnya cuma jadi bahan refrensi kalo Indonesia bagus buat investasi. Kenapa malah berita yang kayak gitu malah gak ada di stasiun TV berita Indonesia? :| Pak SBY itu menang penghargaan internasional di mana-mana malah dibilang pencitraan. Kasian. Sungguh gue bukannya belain si Bapak, yah sedikit sih, tapi doi gak minta loh penghargaan-penghargaan itu. Dikasih bro itu, gratis. Susah sih kalo stasiun TV dipegang sama politisi saingan pemerintah, gak objektif jadinya. Gue pun juga gak setuju kalo stasiun TV dipegang sama pemerintah. Tetep aja gak objektif.

Kemarin gue nonton talk show bagus di Kompas TV, 180 Derajat. Yang bawain acaranya si Pandji Pragiwaksono. Gue lupa yang kemarin temanya apa, tapi bintang tamunya adalah Sandhy Sandoro (yang sampe skarang gue bingung cara nulis namanya, haha), Tex Saverio (yes, that young designer whose design is worn by Lady Gaga), dan satu lagi Managing Director-nya Peter Says Denim (merek jeans yang udah mulai go international). Yang gue mau bilang adalah kata-katanya Pandji kemarin. Dia nanya ke Tex apakah Tex pernah tinggal di USA sehingga dia bisa bekerjasama dengan Lady Gaga. Tex jawab dia selama ini selalu tinggal di Indonesia. Tim Lady Gagalah yang mencari dia. Yang keren adalah kesimpulan yang Pandji buat. Dia bilang kita gak harus tinggal di luar untuk jadi sukses, di manapun kita tinggal kita berkarya aja semaksimal mungkin dengan jujur, karena nanti hasil karya kita itu pasti akan tercium sampe ke manapun. Dan itu masuk akal. Itu adalah sebuah pemikiran yang menurut gue sangat advance, dan membuat pemikiran “tinggal di luar gue bisa lebih sukses” menjadi sangat shallow. Pemikirannya bener-bener dibalik. Kita tidak lagi harus bergantung sama negara kita supaya sukses, negara kitalah yang bergantung sama kita karena kita yang membentuk negara ini. Sejelek apapun Indonesia, lo adalah warga negaranya, berarti lo Indonesia. Jadi, saat dibilang Indonesia jelek, berarti lo jelek. Supaya bagus gimana dong? Ya kita harus jadi warga negara yang bagus, supaya negaranya jadi bagus juga. Logis kan. :)


AYO INDONESIA BISA! Nah, ini adalah kalimat yang lagi sering didengungkan blakangan hari ini menjelang Sea Games 2011 yang diadakan di Jakarta dan Palembang. Gue pribadi sangat suka kalimat ini. Simpel tapi sarat optimisme dan positivitas. Kalimat ini benar-benar bisa berarti menyemangati Indonesia dalam banyak hal; BISA memenangkan pertandingan-pertandingan dan BISA menyelenggarakan Sea Games dengan baik, apalagi setelah kisruh yang terjadi menyangkut penyelenggaraan Sea Games. Haha, asik abis gak bahasa gue “kisruh”. :p Masih nyambung sama paragraf gue yang sebelumnya, lo tinggal milih: mau terbawa arus pemberitaan negatif tentang Indonesia yang katanya tidak akan bisa menggelar Sea Games dengan baik, atau percaya dan yakin kalo Indonesia BISA. Kalo gue sih yakin kita bisa. Kenapa gue yakin? Karena yang bangga sama Indonesia masih 83%. Berarti lebih banyak energi positif buat Indonesia.  Negativitas gak akan bawa kita ke mana-mana. Gue pilih buat jadi optimis. AYO INDONESIA BISA! :D


Terus apa yang harus dilakukan dengan kejelekan-kejelakan Indonesia yang emang bener ada? Kritiklah. Tapi jangan benci dan memaki. Karena makian kita gak mengubah apa-apa, tapi kritik bisa. Kalo kritik kurang, bertindaklah. Apapun cara lo, asal jangan semakin menjelekkan, lakukanlah. Doakan bangsa ini. Tabur kepositifan dong buat tempat yang kita tinggali ini. Karena apa yang lo yakini terhadap negri ini, itu yang akan terjadi. Skali lagi, what goes around comes all the way back around. :)





rtd.

Agustus 01, 2011

Where Passion Is Not Just A Fruit

31 Juli tengah malam, sampai 1 Agustus subuh. Yea right. Sebanyak itu yang pengen ditulis, sesedikit itu waktu buat menulis. Tapi daripada tidak sama skali. :P Tampaknya beberapa postingan gue yang lalu, yang sekarang, dan yang akan datang mungkin akan berbau sedikit kegalauan. Lo ngertilah bau galau kayak apa. Hahaha. Tapi tenang, segala hal yang galau di blog gue, harus tetap solutif! Galau itu gakpapa, kalo endingnya adalah pemikiran brilian yang bisa mengubah jagad raya. Gue yakin dulu Thomas Alpha Edison pasti galau mikirin dunia dia yang (literally) gelap. Tapi dia tidak berhenti sampai galau saja, melainkan dia berjuang mengatasi kegalauannya, dan terciptalah lampu! Hore! Begitulah seharusnya kita menghadapi kegalauan. Jadi, mari kita mulai cerita galau kali ini.

Suatu hari di jam istirahat kerja, gue dan dua orang teman kantor gue terjebak dalam sebuah pembicaraan serius. Lebih tepatnya menjebakkan diri dalam perbincangan serius. Lo taulah, jenis-jenis perbincangan yang dimulai dengan bahasan ringan dan santai lalu tiba-tiba salah satu dari peserta perbincangan tersebut melontarkan hal yang agak serius tapi kita tetap aja mau bahas karena sebenernya topiknya menarik. Kayak gitu. Nah, ada nih temen gue yang pada saat itu lagi ngobrol-ngobrol sama gue lalu dia menceritakan rencana-rencana hidup dia ke depannya, dan bahwa sebenernya dia udah merencanakan hidup dia per 5 tahun. Gini maksudnya, temen gue sejak umur 21 (kalo gak salah) udah memplan hidupnya buat 5 tahun ke depan, lalu 5 tahun berikutnya, lalu 5 tahun berikutnya, daaan seterusnya. Jadi dia udah tau tuh, dari umur 21-25 dia harus achieve apa aja dalam hidupnya. Begitu juga waktu dia umur 26-30, 30-35, de es te… Misal, di range 21-25 dia harus udah lulus S1 di dalam negeri dan S2 di luar negeri. Saat 26 tahun, harus dapet kerja di perusahaan multinational. 28 nikah, 29 punya anak, dan saat umur 30-35 dia harus udah jadi manager. Dengan punya life plan macam gitu, mereka jadi tau dalam umur berapa mereka harus berbuat apa untuk mendapatkan apa. Gitulah kurang lebih.

Lo punya gak life plan kayak gitu? Gue nggak. :| Itu  yang jadi bibit kegalauan gue. I mean, maaan…gue secuek itu apa sama hidup gue? Masa gue bener-bener telen bulet-bulet pepatah go with the flow. Atau emang bahasa Inggris gue gak cukup buat ngerti arti pepatah itu? Sumpa segalau itu. Hidup mereka bener-bener ada tujuan yang jelas. Tiba-tiba tujuan hidup gue terkesan shallow setelah gue denger life plan mereka. Life plan, menurut versi gue, adalah kaya, banyak duit, sehat walafiat lahir batin, rumah gede tepi pantai, nikah, istri cantik, punya anak 2, lalu gue bahagia, SELESAI. Gue pernah tanya temen gue yang lain, apakah mereka punya life plan kayak gitu. Ternyata punya -___-“ Beda-beda sih, ada yang 3 tahunan, ada yang 1 tahunan. Tapi kan punyaaa… Rasanya tuh kayak anak kecil yang semua temennya punya spatu yang ada lampunya bisa nyala kalo jalan, terus gue nggak punya. Sediiih :(

Lalu gue berpikir, kalo misalnya mau buat life plan kayak gitu, berarti gue harus tau dong gue maunya apa. Kalo gue udah tau apa yang gue mau kan berarti gampang buat gue menentukan apa aja yang harus gue lakukan untuk mencapai “yang gue mau” itu. Soalnya temen-temen gue itu jelas, misalnya, si X tujuannya adalah menjadi top manager di perusahaan multinational, maka dia harus melakukan a b c d e f g h i saaaampe z untuk mencapai tujuannya itu. Oke, sekarang pertanyaan dasar buat gue membuat life plan gue sudah jelas: “Gue maunya apa?” Hmm, kan udah gue bilang gue maunya kaya, banyak duit, sehat, istri cantik, de el el de el el… Berarti pertanyaan berikutnya adalah “Gue harus jadi apa biar dapet yang gue mau?” Banyak sih caranya. Gue bisa aja jadi paranormal meskipun boong-boongan. Atau mungkin jadi dancernya Agnes Monica, supaya diajak ke Amrik buat go international (kalo gak jago cukup daftar jadi penonton acara musik pagi-pagi di TV, mayanlah dibayar).  Atau gue cukup tuntut S*ipul Jameel (dengan ejaan nama dia yang baru, yang entah gue nulisnya bener apa nggak) Rp 5 milyar atas pencemaran laut Ancol dengan ritual buang celana dalam yang dia lakukan waktu itu. Kaya deh gue. Tapi kan gak mungkin gue melakukan hal-hal itu. Well, mungkin sih, tapi otak gue masih lurus untuk mencari cara yang lebih genah untuk mencapai “yang gue mau”. Nah paragraf berikut adalah gue yang sedang ngomong sama diri gue sendiri. Silahkan menyimak.
Jadi, gue harus jadi apa buat mencapai “yang gue mau”? Sekarang sih gue lagi jadi pegawai kantoran. Hmmm… Bisakah mencapai “yang gue mau” dengan menjadi pegawai kantoran. Bisa. Bisa banget. Kalo gue punya performance yang baik, karir gue akan naik terus sampe jadi boss. Oke, kalo gitu gue jadi pegawai kantoran aja terus! Eh tapi bentar. Mencapai “yang gue mau” itu kan proses, butuh waktu nih. Pasti gak sebentar. Berarti gue harus enjoy dong selama proses ini! Gue enjoy gak ya? Hmm, so far biasa aja. Kayaknya gue pernah ngerasain kerjaan yang bikin gue lebih enjoy sampe lupa waktu saking passionatenya gue sama kerjaan itu. Passionate gak ya gue dengan kerjaan gue skarang? Eh. Nah itu dia!! Passion, man! PASSION!!

Argghhh! Satu kata itu benar-benar menghantui gue banget! Gue langsung sadar sesadar-sadarnya kalo life plan temen-temen gue itu lebih berdasarkan passion mereka. Kaya, banyak duit, sehat, istri cantik, dan semuanya itu memang bisa didapat dengan cara apapun yang kita pilih. TAPI, mendapatkan hal-hal tersebut dengan bekerja sesuai passion lo pasti lebih enak kan! Ini tuh kayak disuruh gambar pemandangan alam sama guru TK lo. Pasti pada gambar dua gunung dengan matahari di tengah, sawah di bawah kaki gunung sebelah kanan, rumah dan pohon di kaki gunung sebelah kiri, membelah keduanya ada sebuah jalan menciut ke atas seolah menuju si matahari, tidak lupa beberapa awan, dan burung-burung terbang yang lebih mirip logo McD penyok. Kenapaaa???!! Meminjam istilah Ridwan Kamil, kenapa harus mengikuti template nasional tersebut??! Kenapaaa?!? Pleaseee kasih tau gue kenapaaa.. Apa karna dengan begitu akan lebih mudah buat kita dapet A atau 90? Kalo gue gambar air terjun dengan indahnya, seindah lukisan Antonio Blanco, gue dapet A gak? Kan temanya pemandangan alam. Boleh dong.  Ini nih masalahnya! Gue tuh anaknya sebenernya gak mau mengikuti template nasional tersebut.

Contoh template nasional lainnya? Skolah-kuliah-jadi pegawai di perusahaan bagus-S2-nikah-punya anak-pensiun. Jadi pegawai memang mungkin lebih memberi lo secure feelings atau rasa aman karna penghasilan lo tiap bulannya itu jelas, bahkan mungkin bisa lo itung dengan pasti sampe lo pensiun nanti. Dan gak ada salahnya juga kalo kerja menjadi pegawai di perusahaan adalah memang passion lo. Temen gue yang tadi passionnya memang itu, dan dia gak salah. Kalau memang dia suka dari dalam hati untuk menggambar pemandangan alam yang dua gunung dengan matahari di tengah itu, ya gakpapa. Emang itu yang dia mau. Tapi gue lebih suka gambar air terjun. Yang penting sama-sama pemandangan alam kan? Mungkin kita akan lebih merasa aman menggambar dengan template nasional seperti itu, karena kemungkinan guru kita memberi nilai A lebih besar. Tapi kemungkinan kita untuk mendapat A seharusnya juga sama besarnya kalo kita gambar pemandangan air terjun.

Begitu juga dengan pekerjaan. Pegawai kantoran bukan template hidup yang gue mau sampai selamanya. There, I said it. Gue juga dulu ngikutin si template nasional pemandangan alam itu kok. Yang penting gue jadi tau gimana sih gambar pemandangan yang kayak gitu. Ya buat pengalaman aja. How if my boss or people from my HR department read this? Ya gakpapa. Gue gak dosa kok. Dan gue gak melanggar apa-apa. Gue tetap akan do my best di pekerjaan gue yang sekarang. Skali lagi: my best di pekerjaan gue yang sekarang. Which can mean I can do better at other thing. Tapi gakpapa kan? Yang penting sekarang gue professional menjalani kontrak, and do my best di hal yang gue kerjakan skarang. Toh, I don’t HATE my job. I may not love it like I love music, food, or fashion, but I don’t hate it. :) Fair enough, I guess. :)

Bukan cuma sekali kita denger orang sukses yang berhasil meraih “dream”nya dengan menjalankan “passion”nya. So, what’s my passion? Just like my Twitter’s bio: in love with music, food, and fashion. Oh, I guess I have to add one more thing: talking. Talking here for me includes writing, because I write the way I talk. Jadi gue mau jadi apa untuk mencapai “yang gue mau”? Hmm, can’t really say it here. But you might’ve got the clue. ;) Intinya gue mau punya bisnis sukses suatu saat nanti. Gue sudah bisa mulai membuat yearly-life-plan seperti temen-temen gue. Lalu apakah tidak menjadi pegawai itu penghasilannya gak jelas dan gak bisa bikin lo merasa secured? Gak juga. Semua tergantung kitanya sendiri. Lagian, gue udah disekolahin bisnis manajemen sama ortu gue. Gue punya skill itu. Harusnya gue gak perlu khawatir untuk secure feelings. Gue percaya semuanya tergantung sama seberapa besar kita bekerja, dan seberapa banyak kita berdoa. Hmm, sebenernya tulisan ini masih bisa dikembangkan lagi. Mungkin lain waktu, karna ini udah panjang banget, dan ini udah jam 3 pagi. Haha. Still, there may be a part two of this. ;)

Remember guys (well actually I’m reminding myself too), we are living in a world where “passion” is not just a fruit. :)





rtd.

Juni 11, 2011

Roller Coaster Ride with Rendang

What? My last post was in April?! Oh my. Do I really have to say sorry every time I post? L I’m so sorry. I know this blog’s readers aren’t that MUCH, haha, but at least I’m sorry for myself for not sticking with my commitment to regularly update this blog. K

Sekarang sedikit berbagi cerita kehidupan gue. Ada sedikit curhatnya juga di bagian akhir. Hehe. Here it goes..

Gue banci lomba. Bagi lo yang mengira bahwa dengan statement barusan gue baru saja mengaku banci, kelulusan UAN Bahasa Indonesia lo dipertanyakan.

Ya, gue dari TK A udah diikut-ikutin lomba-lomba sama nyokap. Entah guru gue yang berinisiatif mendaftarkan gue di lomba-lomba tersebut lalu meminta ijin sama nyokap gue atau gimana, intinya gue sering banget lomba-lomba. Ga usalah ya kita sebut lomba bawa kelereng, balap karung, makan kerupuk atau apalah saat 17an atau acara Paskah anak-anak. Lomba yang gue maksud di sini adalah lomba-lomba yang lebih serius di mana gue harus mewakili sebuah kelompok  besar atau bahkan sebuah institusi. Dari yang paling sederhana misalnya lomba antar kelas waktu sekolah, atau lomba antar sekolah, sampai lomba antar universitas.

Piala pertama gue, gue dapet waktu TK A. Kalo gak salah lomba baca puisi. Juara 2. Tapi skala lombanya gak gede. Piala yang lebih bergengsi gue dapet waktu TK B. Gue menang lomba deklamasi se-Kabupaten. Gue inget banget judul deklamasinya adalah Pancasila Sakti, karena emang waktu itu dalam rangka memperingati Pancasila Sakti. Gue inget banget naik ke panggung dengan pakaian putih-putih dan peci hitam, bawa bambu runcing. Persis Bung Karno, cuma lebih imut aja. Hahahahaha. Gue inget yang nonton banyak banget, secara itu di alun-alun kota. Gue inget gue deg-degan. Dan gue juga inget gue cuek aja. Yang ada di otak gue waku itu cuma: udah ikutin aja kayak waktu latian sama bu guru. Haha.

Sebelum lo mulai merasa ini post yang menyombongkan diri gue, tahan dulu, karena ini bukan sama skali tentang itu. Baca sampai habis dulu ;)

Di SD pun gue berlomba-lomba ria. Dan lomba yang paling gue inget adalah lomba nyanyi antar SD. Nah itu sebenernya ada lomba matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain juga, tapi gue ditaro di cabang menyanyi. Akhirnya gue maju sampe ke kecamatan, dan menang juara 2 sekecamatan. Lumayanlah. Lagunya judulnya Aku Anak Indonesia. Yeah! Pialanya masih ada deh kayaknya disimpen di SD gue.

Waktu SMP, ikut lomba-lomba antar kelas sih pasti sering, secara SMP gue seangkatan cuma sekelas dan cuma 15an orang. Haha. Jadi sekelas pasti ikut lomba. Tapi lomba yang paling gue inget waktu SMP adalah lomba English story telling antar sekolah. Lombanya diadain di Sekolah Pelita Harapan Lippo Karawaci, dan gue gak menang sama skali. Hahahaha. Yang penting nambah pengalaman.

Waktu SMA gue pun memasukkan diri gue ke English Debating Club. Dan seringggggg banget ikut lomba debat Inggris itu. Capek banget, tapi seneng banget. Lomba debat pertama gue, tim gue bisa mendapatkan juara 2 di kejuaraan antar  sekolah yang diadakan di SMUK 5 kalo gak salah. Gue ikut lomba ituuu terus sampe kelas 3 SMA. Dua highlight prestasi gue di bidang ini adalah berhasil menjuarai BiNus English Competition yang skalanya nasional, dan yang satu lagi adalah masuk top 12 Jakarta untuk Olimpiade Sains Nasional cabang Bahasa Inggris (format olimpiade untuk mata pelajaran Bahasa Inggris memang dikonsepkan English Debating). I was soooo very happy about that.

Terakhir gue ikut lomba yaitu tahun lalu waktu kuliah. Gue dan tim gue dari SBM ITB berhasil masuk sampai ke tahap National Final untuk lomba L’Oreal Brandstorm 2010. Di situ kita harus memikirkan sebuah produk baru yang inovatif lengkap dengan konsep marketingnya, lalu mempresentasikannya. Kalo kita menang, kita akan jadi perwakilan Indonesia untuk tahap World Final di Paris. Sayang gagal. Hahaha.

~oOo~



Yak bagian sharing cerita hidup udah selesai, skarang bagian sharing cerita hati. Ngahahaha.

Gue seseneng itu ikutan lomba-lomba kayak gitu. Persiapannya mungkin emang capek banget. Tapi gue suka. Jujur, gue kangen rasa deg-degan maju ke depan untuk tampil. Gue kangen adrenaline rush waktu orang-orang berteriak-teriak mendukung lo dan atau institusi yang lo wakilin dari bawah panggung. I’ve been competing throughout my life, and I missed that now. Ini sama skali bukan nyombong. Ini  persis kayak dari kecil lo sering banget dikasih rendang, lo suka banget, dan tiba-tiba lo harus pindah ke Zimbabwe di mana gak ada rendang di sana. Persis kayak gitu. L Belum lagi bagian di mana lo akan ketemu banyak temen baru dari sesama peserta lomba yang lo ikutin. Aah…

By the way, kemarin gue baru aja datang ke Pemilihan Abang None Jakarta Barat 2011. I was there for one of my best bros Satria Rezky Pratama. He won the 2nd place and got to represent Jakarta Barat for the Province Final. I am very happy for him! :D And the crowd last night was awesome! Semuanya teriak-teriak sekuat jiwa dan raga menyorakkan nama peserta abnon favoritnya, yang adalah temen / keluarganya. Pasti. Ngahahaha. Yaiyalah, temen baik gue ikut lomba harus didukung dong. Nah kemarin itu gue bener-bener bisa melihat muka-muka tegang para peserta di panggung waktu mereka fashion show, nari, menjawab pertanyaan, dan pengunguman pemenang. Gue bisa rasain deg-degannya mereka. Gue bisa rasain adrenalin yang mengalir deras di atas panggung sana. Mungkin gue gak tau gimana rasanya jadi peserta abnon. Tapi gue tau rasanya jadi peserta sebuah lomba yang mengharuskan lo tampil. Perasaan di mana jantung lo berdebar gak karuan nungguin hasil pengungumannya. Perasaan di mana akhirnya nama lo lah yang disebut sebagai pemenang. Atau bahkan perasaan di mana bukan lo yang menang. One thing for sure: you can’t buy those feelings. It’s priceless. Kalo gue harus menggambarkan kira-kira gimana rasanya disebut sebagai pemenang, itu kayak naik roller coaster. Lo dibikin deg-degan banget di awal sampai tengah, dan di akhir roller coaster ride tersebut (biasanya) akan ada turunan yang tajam sangat dan lalu roller coasternya perlahan berhenti, wahana selesai, lega, senang, dan lo mau lagi. Nah perasaan itu lo kali 100. That.

Intinya, gue kangen “makan rendang”. Gue kangen ikut kompetisi kayak gitu lagi. Screw orang-orang yang bilang “Sama aja kok. Kita di kehidupan sehari-hari sebenernya juga sedang berkompetisi.” Bah. Beda. If you’ve felt it, you’ll understand. Yah namanya juga ini postingan curhat. All I want now is that God would put me into such competition again, because I miss that…




rtd.

April 19, 2011

#nowplaying

Well..well..well.. Apa kabar dunia? Tetep asyik.. Yak sekian salam pembuka ala AMKM Junior bersama kak Melisa. Ngarang gue, bener gak sih ini? Haha, bodo amatla ya.. Hmm, bulan apa ya ini? April. -__- Terakhir update kapan? Februari. Nice. -______- Dunia pekerjaan ini bener-bener ngabisin waktu banget. Apalagi kalo kerja di Jakarta dan tinggalnya di Bekasi. Selamat deh ya <-- menyelamati diri sendiri. Tapi emang seharusnya gitu kan ya? I mean, kan ceritanya kita digaji pada dasarnya untuk menukarkan waktu kita dengan pekerjaan, gitu kan kurang lebih? Haaaaah.. I wish I can stay at home or travel around and get paid for that.

Yuk mulai. Seperti yang sering-sering, bahasan kali ini ringan-ringan berat, berat-berat ringan. Mari kita awali dengan sebuah pertanyaan. Coba langsung jawab dalam hati sebelum lanjut baca. Gak dalam hati juga gakpapa sih. Asal jangan teriak-teriak aja, terus tetangga sebelah serangan jantung, meninggal, terus gue dituntut gara-gara lo bilang ini karena lo lagi baca blog gue. Okey ini sudah terlalu jayus dan jauh. Nih pertanyaannya, ingat langsung jawab ya sebelum lanjut baca: "Sebutkan minimal 3 artis dari dunia musik yang paling kamu suka!" Sudah? Sudah dapat jawabannya? Kalo sudah baru lanjut ke kalimat berikutnya. Gak harus jawab kok ini, resapi saja, seperti kecap bango mudah meresap <- ini jayus juga, abaikan saja. Apakah artis musik favorit kamu itu Wali, Kangen Band, Armada, ST12, dan T2? Atau Glenn Fredly, Maliq & d'essentials, Barry Likumahua, dan Andien? Atau Lady Gaga, Beyonce, Britney Spears, Justin Bieber? Iis Dahlia, Ike Nurjanah, Roma Irama, Ridho Roma, Inul? Atau Coldplay, One Night Only, Franz Ferdinand, dan U2? Gimana dengan Frau, The Trees and The Wild, Efek Rumah Kaca, sama Homogenic? Kalo Sarah Brightman, Charlotte Church, Andrea Bocelli? RAN, Vidi Aldiano, Afgan, Agnes Monica mungkin? Pee Wee Gaskins, Killing Me Inside, Vierra gimana? Ray Charles, Frank Sinatra, Nat King Cole? NeYo, Chris Brown, Usher, Alicia Keys, Fantasia Barrino? Super Junior, SNSD, Shinee, U-Kiss, KARA, T-ara, 2NE1, BigBang? Dewa19, Ungu, Peterpan, Padi? Carrie Underwood, Lady Antebellum, Taylor Swift? Atau Arashi, Utada Hikaru, Ayumi Hamasaki? Atau Irwansyah sama Acha? Irwansyahnya aja? Achanya aja?  Irwansyah sama istri barunya mungkin? Err..siapa namanya.. umm..Saskia.. eh..Zaskia.. eh...siapalah itu. Atau si Saskia/Zaskia sama Fitri alias Shireen (baca dengan suara parau) a.k.a The Sisters? Kalo SM*SH gimana?

Pada dasarnya yang ingin gue katakan adalah musik apapun yang lo dengerin, jangan malu sama hal itu. Kalo lo memang merasa enjoy dengerin musik yang lo dengerin, peduli amat kata orang. Jujur gue gak suka sama orang yang cuma ngedengerin satu atau dua musik tertentu dan dengan mudahnya menjudge musik lain itu jelek, musik dia paling keren, begitu juga dengan orang-orang yang mendengarnya. Kan ada tuh, misalnya, skali lagi ini cuma misalnya ya, orang-orang yang cuma mau dengerin musik-musik indie aja. Biar (menurut dia) keren. Gak mainstream gitu deh. Beneran deh, gak ada salahnya kalo lo lebih sering dengerin musik indie. Tapi dengerin musik indie aja terus berani bilang yang dengerin musik lain adalah orang-orang yang gak okeh? Bah, pikir lagi deh.

Menurut gue, lo bisa menjudge sebuah karya musik itu bagus atau jelek kalo lo dengerin banyak jenis musik, penyanyi, band, aransemen, pokoknya variatif. Apalagi kalo lo bisa main musik, dan jago. Karena dengan begitu lo bisa tau "Oh, band ini lagunya gak ngasal dibuat. Bener-bener mateng. Instrumen yang dipake banyak buat nyiptain berbagai macam sound." atau "Oh, si penyanyi ini kalo nyanyi pake whistle voice yang susah banget. Belum ada penyanyi Indonesia yang bisa kayak gitu." atau "Oh boyband ini lagunya terlalu simple, tapi dancenya rapih. Niat." "Oh liriknya beda nih. Pake Bahasa Indonesia yang baik dan benar." Intinya, saat lo dengerin banyak jenis musik, dan lo ngertiin bener-bener (atau paling nggak membuat diri lo lebih ngerti walau sedikit dibanding rata-rata orang awam) musik-musik itu, maka lo bisa punya alasan yang cukup valid saat lo mau bilang sebuah band jelek, atau seorang penyanyi ngasal. Kalo cuma berdasarkan "Yah gak enak didenger aja..jadi..ya jelek..", well, ada loh orang-orang yang merasa itu enak didengar. Siapa kita untuk bilang sebuah karya musik itu jelek, kalo kita sendiri gak ngerti apa yang sedang kita judge.

Dan saat kita sudah di tahap ini, kita sudah bukan lagi menikmati musik saja, tapi kita juga mengamati musik. Bedanya? Kalo menikmati musik, kita hanya sekedar mendengarkan musik yang enak di kuping kita, yang nggak enak kita gak mo denger. Kalo mengamati musik, kita dengerin semuanya yang menurut kita bagus dan yang nggak bagus, jadi kita punya alasan yang lebih valid saat ditanya kenapa menurut kita artis A itu bagus dan B jelek. Jadi kalo kita sekarang hanyalah seorang penikmat musik, kita jangan menghina karya musik lain itu jelek cuma karena menurut kita itu gak enak. Sebenernya sih kalopun kita lebih ke pengamat musik, yah jangan menghina juga, cuman..yaaah..kita lebih berhaklah kurang lebih untuk mengatakan bagus atau tidak bagus. Kalo temen lo suka Kangen Band, Wali, sama ST12 yah biarin aja. Emang yang di kuping dia enaknya Kangen Band dan kawan-kawan. Nah kalo lo mo bilang Kangen Band itu gak bagus, lo harus punya alasan kuat selain "gak enak didenger", misal: "Vokalisnya nyanyinya gak sesuai tempo, kejar-kejaran sama drumnya, fals lagi". Itu lebih masuk akal. Kan akhirnya bisa jadi kritik yang membangun buat Kangen Band. Misalnya loh yaa. Misalnyaaa.. :P

Gue sendiri adalah penikmat musik yang sedikit mengamati juga. Gue dengerin Agnes Monica dan Pee Wee Gaskins. Gue juga dengerin SNSD, Super Junior, dan sedikit Shinee. Iya. K-Pop. Kenapa? Gak ada salahnya kan? Gue tau gak cuman satu dua orang yang ngetawain gue karena hal ini. Sering kaleee gue diketawain karena suka sama artis-artis tersebut. Kesel sih sebenernya..hehe..soalnya gue juga gak yakin mereka bisa jawab secara valid kenapa Agnes Monica, Pee Wee Gaskins, SNSD, Super Junior, dan Shinee itu gak layak gue dengerin. Kenapa sih harus dingenyein? Someone explain me, please. Gak banyak aja yang tau gue hafal beberapa lagu dangdut. Diketawain lagi? Bodo amat. Gak banyak juga yang tau jenis musik paling favorit gue adalah yang dari tahun 1930an 1940an yang pas Amerika lagi masa The Great Depression atau apa gitu namanya, pokoknya mereka lagi krisis banget, terus karya-karya musik yang lahir di tahun segitu tuh oke-oke banget menurut gue sebagai penikmat musik. Gak banyak juga yang tau salah satu playlist yang paling sering gue setel di laptop gue adalah Nat King Cole, Natalie Cole, dan Frank Sinatra. Gue juga suka banget Elvis Presley! Bahkan lebih suka Elvis daripada Michael Jackson. Album Carrie Underwood yang pertama juga bikin gue dengerin beberapa lagu country, dan jatuh cinta sama jenis musik ini. Michael Buble gue punya banyaaak lagu-lagunya dan 1 DVD konsernya, dan itu mahakeren. Idola terbesar gue adalah Jamie Cullum! Dan dia melebihi awesome menurut gue. RAN gue punya semua CDnya, lengkap. Gue juga punya CD Jonas Brothers, Ayumi Hamasaki, Utada Hikaru, Westlife, sama The Tings-Tings. By the way yang Westlife yang album Allow Us To Be Frank, special album gitu deh, bukan pop kayak biasanya, tapi the standards, asik-asik loh, haha promosi. Gue juga dengerin Ray Charles, Britney Spears, Lady Gaga, Beyonce, Alicia Keys, Justin Bieber, Glenn Fredly, Maliq & d'essentials, Barry Likumahua, Afgan, Vidi Aldiano, Sherina, SM*SH, NeYo, Chris Brown, Far East Movement, Black Eyed Peas, Frau, bahkan Gabe Bondoc, Sam Tsui, dan Kurt Hugo Schneider (semoga yang ini bener nulisnya :P). Masih ada lagi bahkan, haha. Yah gak sesering itu juga diplay semua, mana cukup waktunya, haha. Tapi teteplah gue ada playlist-playlist tertentu yang lebih sering gue dengerin. Gue cuma gak mau terlalu membatasi musik gue hanya musik barat, lokal, Asia, pop, jazz, atau rock. Lebih banyak referensi lebih seru menurut gue. Bahkan ini masih kurang beragam menurut gue. Gue gak terlalu dengerin orchestra yang macam Bach, Beethoven, dll. Opera sama metal juga jarang gue dengerin. Masih banyak banget orang yang jauh lebih ngerti musik dan dengerin musik yang lebih beragam dari gue. Apalagi kalo mereka jago main alat musik. Gue cuma bisa nyanyi, itu juga gak spesial-spesial amat. Satu-satunya alat musik yang bisa gue mainin walau gak jago adalah suling alias recorder, hahaha, itu juga gara-gara waktu SD terud EBTANAS musik gue pilih suling bukan pianika, dan itu lagi-lagi karena suling harganya lebih murah daripada pianika. Huahahaha!

Satu cerita kecil yang masih rada nyambung sama postingan ini. Suatu hari temen gue pernah ada yang kaget karena gue (bagi dia) sangat paham atas dunia entertainment Indonesia. Mungkin agak sedikit ngenyein gue. Mungkin. Gue gak tau. Tapi yang gue tau adalah gak sedikit orang yang meremehkan dunia entertainment Indonesia pada umumnya, dan musik Indonesia pada khusunya. Mereka gak mau dengerin musik Indonesia karena mindset mereka adalah 'semua musik Indonesia itu adalah sampah'. In my opinion, they are so shallow. So very shallow. You don't even listen to it and you dare to say that OUR Indonesian music is trash? Come on. Grow up, man. Aah sudahlaaahm, ini bisa panjang dibahas dan bisa jadi postingan lain lagi. -____- Kapan-kapan deh kalo sempet. :|

Kesimpulannya, jangan malu sama musik lo. Gak ada yang lebih keren di antara ngetweet "#nowplaying Michael - Franz Ferdinand" sama "#nowplaying Sorry Sorry - Super Junior". Dan saat lo mau bilang sebuah karya musik atau musisinya jelek atau bagus, lo harus punya alasan yang valid kalo ditanya. So, have fun with your music! :)




rtd.




[RALAT: Temen gue ada yang protes kalo "Apa kabar dunia? Tetep asyik.." itu bukan AMKM Junior melainkan Kring Kring Olala. Hahaha! Maaf ya salah! :P]

Februari 13, 2011

Tulisan Pertama di Tahun 2011

HELLO!! How are you guys? Betapa gue tidak sempat mengupdate blog ini. :( I am so very sorry.. Haha, mau sorry sama siapa juga, as if blog gue pembacanya jutaan orang. Muahaha!!

Secara ini postingan pertama di tahun 2011, maka topik kali ini adalah resolusi 2011! Ngga deng. BASI cuy. Satu, ini udah bulan Februari. Dua, gue emang gak bikin resolusi. Tekad untuk meraih sesuatu gak harus dilakukan di awal tahun kok. Lo boleh beresolusi kapan aja yang lo mau. Daripada artis-artis yang diwawancarai tentang resolusi tahun barunya dan doi menjawab, "Yah, ingin menjadi orang yang lebih baik aja.." Jah, tiap ulang tahun sama lebaran itu-itu juga kalimatnya. Gue dulu sering sok-sokan bikin resolusi, dan hasilnya? Sama seperti buku absen guru SD kalo anak-anak sekelas masuk semua: NIHIL.

Jadi kali ini tentang apa dong, babe? Tentang updates dari hidup seorang gue. Tahun 2011 ini gue memberi judul "The Gaining Year". That might sound a bit lame, but whatever. Mengapa 'gaining'? Karena gue tahun ini sudah mulai bekerja. Ini adalah tahun pertama dimana seorang gue menjadi seorang yang berpenghasilan. Ini adalah pertama kalinya dimana gelar S.Mn yang ada di belakang nama gue bukan sekedar jadi bahan obrolan nyokap kalo ketemu sodara-sodara dan temen-temennye (gue seneng-seneng aja sih, walau agak lebay kadang-kadang.. you know, moms..), tapi akhirnya bener-bener kepake untuk kehidupan. Sounds a little bit money oriented? Nah, not really. Kata 'gaining' juga bisa gue dedikasikan kepada berat badan gue yang gue harap bisa naik tahun ini, tapi gue gak mau bikin itu jadi resolusi 2011 gue. I'll just do my best on it. How about gaining love? Hahaha! How about gaining the cash first? Gue tahu beberapa dari lo mungkin akan membantah gue dengan nada bicara Cinta Fitri season tiada akhir, "Tidak! Itu..itu gak seperti yang kamu pikir! Cinta gak selalu butuh uang!" Tapi butuh kan? You have noooo idea how poor I was before I got a job. Kiddin. :P But true though..somehow.. Dan sekarang sebuah perusahaan telah sangat beruntung mendapatkan gue untuk bekerja di sana. Hahahaa. I just hope I can give out my best there. Kenapa gak bikin usaha? Belum. Belum saat ini. Gue punya alasan sendiri, dan itu suka-suka gue. Haha. Abisnyaaa, gue gak suka aja orang yang buka bisnis abis kuliah terus ngeledekin orang yang memutuskan untuk berkarir dulu di perusahaan. Dan gue juga gak suka orang yang memutuskan untuk bekerja di perusahaan terus ngenyein/nganggep rendah orang yang memutuskan buka usaha. Yaudah sih, hidup..hidup diaaa.. Hahaha.

Apa lagi ya? Hmmm.. Share dikit deh, gue kangen masa kuliah gue. :( Gue kangen kegiatan pagi hari gue..bangun pagi di kosan, jalan kaki ke kampus, mampir di CircleK beli roti sama susu, masuk auditorium, duduk, mengupdate berita terbaru pagi itu a.k.a cari gosip, ngeliatin orang-orang yang masuk ke auditorium pake baju apa plus ngomongin sama Devi sang partner in crime untuk hal ini (YA ini seru bagi gue, bodo amat, hahaha!). Kegiatan siang gue: sok-sok bingung mo makan di kantin mana hari ini, which pada akhirnya di KBL juga, pesen nasi cah sapi dan es campur, ngobrol sampe rusuh dan orang sekantin ngeliatin meja kita, balik ke kelas, istirahat ke Tokema beli lidi atau snack bego lainnya, balik lagi ke kelas, pulang. Dan kegiatan malam gue: pulang kuliah nentuin mau makan di mana malam ini sama anak-anak, siapa aja yang ikut, siapa naik mobil siapa, makan di manapun itu: PVJ, Ciwalk, Ayam Bakar Sultan Agung, Marino, D'Cost, Bakmi Jawa, Nasi Kalong, daaan lain-lain. AH! I miss everything so bad! Those 3 years were too meaningful to me. :'(

Okei, terlampau curcol sepertinya gue. -__- Oiya, sebagai penutup, ini dia dua keinginan saya dari dunia entertainment yang saya gemari: semoga Agnes Monica go international-nya sukses besar, dan semoga SNSD dateng beneran 2011 ini! Amin! Baiklah, sekian untuk kali ini, thanks for reading! ;)




rtd.