Juni 11, 2011

Roller Coaster Ride with Rendang

What? My last post was in April?! Oh my. Do I really have to say sorry every time I post? L I’m so sorry. I know this blog’s readers aren’t that MUCH, haha, but at least I’m sorry for myself for not sticking with my commitment to regularly update this blog. K

Sekarang sedikit berbagi cerita kehidupan gue. Ada sedikit curhatnya juga di bagian akhir. Hehe. Here it goes..

Gue banci lomba. Bagi lo yang mengira bahwa dengan statement barusan gue baru saja mengaku banci, kelulusan UAN Bahasa Indonesia lo dipertanyakan.

Ya, gue dari TK A udah diikut-ikutin lomba-lomba sama nyokap. Entah guru gue yang berinisiatif mendaftarkan gue di lomba-lomba tersebut lalu meminta ijin sama nyokap gue atau gimana, intinya gue sering banget lomba-lomba. Ga usalah ya kita sebut lomba bawa kelereng, balap karung, makan kerupuk atau apalah saat 17an atau acara Paskah anak-anak. Lomba yang gue maksud di sini adalah lomba-lomba yang lebih serius di mana gue harus mewakili sebuah kelompok  besar atau bahkan sebuah institusi. Dari yang paling sederhana misalnya lomba antar kelas waktu sekolah, atau lomba antar sekolah, sampai lomba antar universitas.

Piala pertama gue, gue dapet waktu TK A. Kalo gak salah lomba baca puisi. Juara 2. Tapi skala lombanya gak gede. Piala yang lebih bergengsi gue dapet waktu TK B. Gue menang lomba deklamasi se-Kabupaten. Gue inget banget judul deklamasinya adalah Pancasila Sakti, karena emang waktu itu dalam rangka memperingati Pancasila Sakti. Gue inget banget naik ke panggung dengan pakaian putih-putih dan peci hitam, bawa bambu runcing. Persis Bung Karno, cuma lebih imut aja. Hahahahaha. Gue inget yang nonton banyak banget, secara itu di alun-alun kota. Gue inget gue deg-degan. Dan gue juga inget gue cuek aja. Yang ada di otak gue waku itu cuma: udah ikutin aja kayak waktu latian sama bu guru. Haha.

Sebelum lo mulai merasa ini post yang menyombongkan diri gue, tahan dulu, karena ini bukan sama skali tentang itu. Baca sampai habis dulu ;)

Di SD pun gue berlomba-lomba ria. Dan lomba yang paling gue inget adalah lomba nyanyi antar SD. Nah itu sebenernya ada lomba matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain juga, tapi gue ditaro di cabang menyanyi. Akhirnya gue maju sampe ke kecamatan, dan menang juara 2 sekecamatan. Lumayanlah. Lagunya judulnya Aku Anak Indonesia. Yeah! Pialanya masih ada deh kayaknya disimpen di SD gue.

Waktu SMP, ikut lomba-lomba antar kelas sih pasti sering, secara SMP gue seangkatan cuma sekelas dan cuma 15an orang. Haha. Jadi sekelas pasti ikut lomba. Tapi lomba yang paling gue inget waktu SMP adalah lomba English story telling antar sekolah. Lombanya diadain di Sekolah Pelita Harapan Lippo Karawaci, dan gue gak menang sama skali. Hahahaha. Yang penting nambah pengalaman.

Waktu SMA gue pun memasukkan diri gue ke English Debating Club. Dan seringggggg banget ikut lomba debat Inggris itu. Capek banget, tapi seneng banget. Lomba debat pertama gue, tim gue bisa mendapatkan juara 2 di kejuaraan antar  sekolah yang diadakan di SMUK 5 kalo gak salah. Gue ikut lomba ituuu terus sampe kelas 3 SMA. Dua highlight prestasi gue di bidang ini adalah berhasil menjuarai BiNus English Competition yang skalanya nasional, dan yang satu lagi adalah masuk top 12 Jakarta untuk Olimpiade Sains Nasional cabang Bahasa Inggris (format olimpiade untuk mata pelajaran Bahasa Inggris memang dikonsepkan English Debating). I was soooo very happy about that.

Terakhir gue ikut lomba yaitu tahun lalu waktu kuliah. Gue dan tim gue dari SBM ITB berhasil masuk sampai ke tahap National Final untuk lomba L’Oreal Brandstorm 2010. Di situ kita harus memikirkan sebuah produk baru yang inovatif lengkap dengan konsep marketingnya, lalu mempresentasikannya. Kalo kita menang, kita akan jadi perwakilan Indonesia untuk tahap World Final di Paris. Sayang gagal. Hahaha.

~oOo~



Yak bagian sharing cerita hidup udah selesai, skarang bagian sharing cerita hati. Ngahahaha.

Gue seseneng itu ikutan lomba-lomba kayak gitu. Persiapannya mungkin emang capek banget. Tapi gue suka. Jujur, gue kangen rasa deg-degan maju ke depan untuk tampil. Gue kangen adrenaline rush waktu orang-orang berteriak-teriak mendukung lo dan atau institusi yang lo wakilin dari bawah panggung. I’ve been competing throughout my life, and I missed that now. Ini sama skali bukan nyombong. Ini  persis kayak dari kecil lo sering banget dikasih rendang, lo suka banget, dan tiba-tiba lo harus pindah ke Zimbabwe di mana gak ada rendang di sana. Persis kayak gitu. L Belum lagi bagian di mana lo akan ketemu banyak temen baru dari sesama peserta lomba yang lo ikutin. Aah…

By the way, kemarin gue baru aja datang ke Pemilihan Abang None Jakarta Barat 2011. I was there for one of my best bros Satria Rezky Pratama. He won the 2nd place and got to represent Jakarta Barat for the Province Final. I am very happy for him! :D And the crowd last night was awesome! Semuanya teriak-teriak sekuat jiwa dan raga menyorakkan nama peserta abnon favoritnya, yang adalah temen / keluarganya. Pasti. Ngahahaha. Yaiyalah, temen baik gue ikut lomba harus didukung dong. Nah kemarin itu gue bener-bener bisa melihat muka-muka tegang para peserta di panggung waktu mereka fashion show, nari, menjawab pertanyaan, dan pengunguman pemenang. Gue bisa rasain deg-degannya mereka. Gue bisa rasain adrenalin yang mengalir deras di atas panggung sana. Mungkin gue gak tau gimana rasanya jadi peserta abnon. Tapi gue tau rasanya jadi peserta sebuah lomba yang mengharuskan lo tampil. Perasaan di mana jantung lo berdebar gak karuan nungguin hasil pengungumannya. Perasaan di mana akhirnya nama lo lah yang disebut sebagai pemenang. Atau bahkan perasaan di mana bukan lo yang menang. One thing for sure: you can’t buy those feelings. It’s priceless. Kalo gue harus menggambarkan kira-kira gimana rasanya disebut sebagai pemenang, itu kayak naik roller coaster. Lo dibikin deg-degan banget di awal sampai tengah, dan di akhir roller coaster ride tersebut (biasanya) akan ada turunan yang tajam sangat dan lalu roller coasternya perlahan berhenti, wahana selesai, lega, senang, dan lo mau lagi. Nah perasaan itu lo kali 100. That.

Intinya, gue kangen “makan rendang”. Gue kangen ikut kompetisi kayak gitu lagi. Screw orang-orang yang bilang “Sama aja kok. Kita di kehidupan sehari-hari sebenernya juga sedang berkompetisi.” Bah. Beda. If you’ve felt it, you’ll understand. Yah namanya juga ini postingan curhat. All I want now is that God would put me into such competition again, because I miss that…




rtd.