September 18, 2009

Tentang Pendudukan ITB Oleh Tentara Pada Tahun 1978 - according to my dad

Ini menarik. Sungguh menarik. Pada saat gw menulis ini, gw masih tercatat sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung angkatan 2007. Jadi gini... Siang tadi kami sekeluarga terlibat pembicaraan semi-serius mengenai ITB jaman dulu. Btw, adek gw adalah ITB'09 dan bokap gw dulunya anak ITB juga (mesin, tapi gw lupa angkatannya). Nah katanya dulu ITB sempat diduduki oleh tentara pada tahun 1978. Alasannya? Karena ITB terlalu vokal dalam memprotes pemerintahan waktu itu. Dulu waktu gw PMB (sekarang PROKM - masa orientasi di ITB), kakak pembina kelompok gw cerita tentang masa pendudukan ini. Ceritanya gak jauh beda sama cerita bokap gw. TAPI, cerita bokap gw lebih seru dong! Secara bokap adalah salah satu saksi hidup peristiwa itu! Gokil nih. Ternyata sebelum universitas-universitas lain memprotes pemerintahan orde baru di tahun 1998, tahun 1978 mahasiswa ITB (salah satunya bokap gw!) udah duluan bergerak melawan pemerintah.

Beberapa minggu sebelum pemerintah memerintahkan tentara menduduki ITB, Dewan Mahasiswa saat itu mengajak seluruh mahasiswa ITB ikut serta dalam pemrotesan pemerintahan Soeharto. Katanya, sepanjang pagar kampus ITB yang luas itu, PENUH dengan spanduk dan poster yang bertuliskan kata-kata yang melawan pemerintah. Gak cuma di kampus aja, hampir seluruh Bandung (katanya sih) ditempel2 poster dan spanduk-spanduk serupa. Mahasiswa dibagi dalam beberapa tim untuk menempelkan spanduk di Dago, Cihampelas, Taman Sari, pokoknya di daerah-daerah sekitaran ITB. Wow, seru skali. Karena pemerintah resah, akhirnya mereka mengirim intel-intel untuk masuk ke dalam kampus demi mengintai kegiatan mahasiswa di dalamnya. Mahasiswa ITB gak bodoh, mereka tahu ada intel yang masuk. Akhirnya (this part is super cool) mereka bersama anak Menwa bikin shift untuk menjaga semua akses masuk ke kampus ITB 24 jam!! Siapapun yang mau masuk ke area kampus, harus menunjukkan kartu identitasnya, misalnya kartu mahasiswa atau kartu dosen. Yang gak punya kartu identitas ITB, gak boleh masuk. Lucunya, tiap malam warga Bandung yang tinggal di sekitar kampus ITB, membawakan makanan dan minuman buat para mahasiswa yang lagi shift jaga! Haha. Emang orang Bandung tuh ya..

Suatu siang, tiba-tiba serombongan tentara masuk dan menyerbu kampus ITB. Semua orang yang ada di dalamnya diusir keluar. Diusirnya bkan dibilangin alus-alus, "a'.. punten a'.. Keluar kampus ya.." Nggak. Sama skali nggak. Didorong-dorong meeeenn..pake belakangnya senapan itu loh.. Ini ada side storynya. Gini, jadi ada salah satu dosen mesin yang lagi berada di laboratorium bawah tanah waktu penyerbuan. Pas dia keluar, dia bingung, "Kok sepi? Kok banyak tentara?". Akhirnya dia ditangkap, dan besoknya masuk koran dengan headline "ITB Membuat Bom". *zzzbzzt* Media jaman dulu emang sangat dikontrol pemerintah. Untungnya si dosen dilepaskan karena terbukti nggak tahu apa-apa. Oya, headline koran-koran waktu itu sempet berbunyi gini "Tidak Ada Tentara Di ITB" *zzzbzzthzz. kebohongan tingkat dewa dusta*

Ternyata, mahasiswa nggak berhenti gitu aja setelah kampusnya diduduki secara paksa. Mereka tetap mengadakan rapat-rapat tersembunyi di luar kampus membicarakan masalah yang sedang terjadi. Cara jarkomnya? Pake sel! Yup, kayak teroris jaman sekaranglah, haha! Jadi 1 sel yang berisikan 3 orang diwakili satu orang yang akan menerima informasi dari atasannya bahwa akan ada nonton bioskop bareng di Braga. Si perwakilan sel ini cuma tahu bahwa atasannya adalah si A dan bawahannya adalah B dan C. Sedangkan B dan C nggak tahu kalo yang ngasih tahu si perwakilan ini adalah A. Kira-kira begitulah. Pokoknya tiba-tiba bioskop tuh penuuuh aja sama anak ITB yang mau nonton bareng, padahal abis itu mo rapat. Haha. Bisa aja excusenya... =P

Tiap pagi jam 5, selama masa pendudukan itu, mahasiswa dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok untuk menempelkan spanduk-spanduk di sekitaran kampus ITB. Kenapa tiap pagi nempel spanduk? Karena siangnya ntar dicabutin lagi sama tentara. Dasar anak ITB terlalu kreatif, mereka bikin spanduk dikasih rangka kayu di bagian atas dan bawahnya, lalu diikat dengan tali dan batu, terus di lempar ke pohon yang tinggi di pinggir jalan Dago. Kan jadi ngegelantung tuh, terus susah deh tentara mo ngambil. Hahahaha.

Semua ini dilakukan agar masyarakat pada waktu itu tahu yang sesungguhnya tentang pemerintah saat itu. Gw sih sangat berharap untuk kasus ini history won't repeat itself. Haha. Ngeri juga kan. Ini adalah salah satu pembuktian dan contoh buat mahasiswa jaman sekarang (terutama mahasiwa ITB) bahwa mahasiswa berfungsi sebagai agent of change di masyarakat. Paling nggak usaha untuk mengubah yang buruk menjadi baik, atau yang baik menjadi lebih baik.
Sebagai penutup, ada satu cerita kecil. Katanya waktu masa pendudukan itu, ada satu majalah yang datang ke kampus ITB mewawancarai salah seorang mahasiswa ITB "Saya dengar tidak ada tentara di ITB?", tanya si wartawan. Jawab si mahasiwa, "Lah mas pikir itu apa yang hijau-hijau? BAYAM?"


[180909.2344.timothy]

September 08, 2009

Twitplurkbook - apasih

Pilih yang mana? Sekedar pembukaan. :) Lanjut kebawah.



Kali ini tentang sedikit teknologi. Gw mo nanya sama kalian semua: Saat kalian membuka Internet Explorer, Mozilla Firefox, Safari, atau semacamnya, website apa yang LANGSUNG kalian buka?

Dulu -saat Friendster masih jaman, dan Facebook baru naik daun-urutan website yang gw buka adalah Friendster terus Facebook. Karena Facebook tambah asik, urutannya jadi Facebook terus Friendster. Lalu ada mainan baru: Plurk. Tinggalkan Friendster, dan urutannya menjadi Facebook, Plurk. Sekarang Twitter lagi hip banget. Saking hipnya Twitter, Facebook pun agak kalah pamor. Tapi Plurk, so far, masih seru buat gw. Sehingga urutannya menjadi Twitter, Plurk, Facebook.

Jujur. Gw ga bisa bilang sampe kapan urutan ini akan bertahan. Mungkin cepat atau lambat Plurk bisa hilang dari urutan membuka website gw, dan Facebook akan masuk ke kategori "dibuka kadang-kadang". Atau mungkin besok ada mainan baru lagi yang menambah rentetan urutan membuka website gw?


Seru juga jadi generasi internet. Walau agak merasa dibudaki, tapi internet dan generasi gw saling membutuhkan. They need money from the commercials, and we need the things that they offer. Lebih tepatnya, they made us need the things that they offer.

Let's talk about Twitter and Plurk now. Keduanya adalah situs yang sejenis: semacam situs jejaring sosial yang menampilkan status kita atau "what we are doing" di situsnya. Situs-situs ini menjadi semacam Facebook tapi cuma statusnya doang. Kita bisa share APA AJA di situs ini secara instan dan realtime. Bahkan ya, kita bisa ngasih pengunguman tentang kuliah di Twitter dan Plurk. Promosi juga bisa. Tapi, again, gw gak tau sampai kapan si fenomena situs-status ini akan bertahan.

Satu hal menarik yang baru aja kepikiran sama gw. Plurk kalo dari website konsepnya realtime. Ada update langsung muncul notification. Tapi kalo Plurk diari HP, gak realtime. Berbanding terbalik sama Twitter. Twitter kalo dari website konsepnya sama skali gak realtime. Harus direfresh-refresh terus. TAPI, kalo Twitter dari HP -pake aplikasi Uber Twitter misalnya- realtime banget. Nyadar gak? Kenapa ya?

[080909.0144.timothy]